Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka, Suaramu Lebih Keras Dari Alam Kubur | Foto ©Adeajimaulana |
21 Februari 1949 merupakan hari wafatnya "Bapak Republik Indonesia". Beliau meninggal di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. Pahlawan Nasional Republik Indonesia yang memiliki nama asli Sutan Ibrahim ini dieksekusi oleh Suradi Tekebek atas perintah Letda Soekotjo dari Batalion Sikatan Divisi Brawijaya. (Kamis, 22/2/2018)
Tan Malaka adalah seorang tokoh revolusioner besar Asia yang
jejak dan pemikirannya selama ini sering disalahpahami bahkan tidak diketahui. Memahami karyanya tak semudah mencacinya dengan label PKI atau Atheis dengan konotasi yang mendiskreditkannya, tanpa terlebih dahulu mencari tahu atau mempelajari karyanya.
jejak dan pemikirannya selama ini sering disalahpahami bahkan tidak diketahui. Memahami karyanya tak semudah mencacinya dengan label PKI atau Atheis dengan konotasi yang mendiskreditkannya, tanpa terlebih dahulu mencari tahu atau mempelajari karyanya.
Sudah selayaknya di era tekhnologi yang semakin pesat ini, informasi dan fakta lebih mudah untuk diakses dengan berbagai metode. Itulah kiranya yang patut untuk direalisasikan agar kita tidak terbelenggu pada aspek dogmatis semata.
Tan Malaka terjun dalam gelanggang pergerakan melawan kolonialisme Belanda. Bahkan, pada 1925, Tan Malaka menggagas ide mengenai "Republik Indonesia" dalam buku berjudul Naar de Republiek Indonesia. Buku yang beredar di bawah tanah inilah yang menginspirasi pergerakan dan pemikiran para tokoh bangsa selain Massa Actie (1926).
Ya, Bapak Republik yang terlupakan! keinginannya untuk membentuk Republik Indonesia sudah terpikirkan olehnya jauh sebelum kemerdekaan Indonesia di proklamirkan. Dewasa ini, banyak yang tak mengenal sosoknya, apalagi pemikirannya. Padahal sumbangan Tan Malaka untuk republik ini sangatlah besar. Bahkan, Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno merupakan pengagum Tan Malaka. Karya Tulisnya seringkali menjadi rujukan Soekarno dalam membentuk pola pikir dalam memimpin Republik Indonesia. Dalam sebuah pertemuan yang tertutup antara Soekarno dan Tan Malaka, Soekarno menyampaikan "Kalau saja tiada berdaja lagi, maka kelak pimpinan revolusi akan saja serahkan kepada saudara,".
Meski telah tiada, sosok Tan Malaka akan selalu dikenang, bukan mengenang dalam bentuk "tahlilan" atau acara seremonial belaka. Akan tetapi, mengenang Tan Malaka adalah dengan menyelami karyanya dan action. Seperti yang menjadi cita-cita Tan Malaka, "Merdeka 100%" harus tetap digelorakan, Nasionalisasi Aset, Reforma Agraria Sejati, Pendidikan Gratis Tanpa Syarat dan melawan segala bentuk penindasan terhadap Rakyat.
Perjuangan generasi saat inilah yang Tan Malaka harapkan, seperti yang disampaikannya "Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras dari pada di atas bumi."
Posting Komentar